selamat datang di blog kami, semoga bermanfaat

5.30.2011

KRI CAKRA 401

Merupakan kapal selam pertama dalam jenis Cakra.Kapal ini merupakan kapal kedua yang menyandang nama cakra.Kapal pertama merupakan KRI Tjakra(ejaan lama)salah satu dari 12 kapal selam kelas tjakra buatan Rusia(kapal selam kelas whiskey)yang di scrap tahun 70-an.



KRI Cakra dibuat oleh Howaldtswerke, Kiel, Jerman pada 1981. Merupakan Kapal selam tipe 209/1300 yang banyak digunakan oleh Angkatan Laut sedunia. Mempunyai motto Tabah Sampai Akhir.KRI Cakra termasuk dalam armada pemukul TNI Angkatan Laut.kapal selam tersebut dibuat di Jerman Barat, dipesan pada tahun 1977 dan pada tahun 1981.KRI Cakra mengambil nama dari senjata pewayangan.

DATA TEKNIS
KRI Cakra memiliki berat selam 1,395 ton. Dengan dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter. Ditenagai oleh mesin diesel elektrik, 4 diesel, 1 shaft menghasilkan 4,600 shp. Sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 21,5 knot.

PERSENJATAAN dan SENSOR ELEKTRONIS
14 buah torpedo 21 inci dalam 8 tabung.KRI Cakra mempunyai sonar dari jenis CSU-3-2 suite

TNI AL dan US NAVY Latihan Menembak

JAKARTA - Pada latihan Cooperatioan Afloat Readiness and Training (CARAT) 2011 yang dilakukan oleh TNI AL dan US NAVY, bukan hanya melakukan pelatihan manuver kapal.Tetapi juga berlatih menembak target dari atas kapal.

Lima kapal yang terlibat dalam latihan ini yaitu KRI Diponegoro, KRI Imam Bonjol, USS Howard serta USS Reuben James dan USS Tortuga.

Setiap kapal menggunakan senjata yang hampir sama. Pada latihan tembak yang dilakukan pada hari Sabtu (28/5/2011) di Selat Sunda itu, menunjukan kemampuan masing-masing penembak dari kapal.

Dari USS Howard para penembak menggunakan dua jenis senjata. Namun memiliki daya hancur yang hampir sama. Jenis senjata pertama yang digunakan adalah Chandler MK-25 atau meriam 25 mm. Sementara senjata lain yang digunakan adalah senapan mesin berat kaliber 50 Browning.

Artikel ini dari berbagai sumber

5.27.2011

TEROR BOM JUANDA

SURABAYA- Teror bom di Bandara Juanda Surabaya, sama saja menantang institusi TNI. Bandara Juanda termasuk dalam fasilitas umum, namun pengamanannya menjadi tanggung jawab TNI Angkatan Laut (AL).



Komandan Pangkalan Udara TNI AL (Danludal) Juanda Kolonel Supranyoto mengaku geram dengan ancaman bom tersebut.

”Aksi teror bom itu bukan hanya mengancam fasilitas bandara. Ancaman pelaku teror bom sama halnya dengan menantang TNI AL,” kata Supranyoto.Jumat (27/5/2011).

Bandara Juanda Surabaya berbeda dengan bandara lainnya di Indonesia karena berada dalam Pangkalan TNI AL. Sehingga, tanggung jawab pengamanan pun berada di tangan TNI AL.

Dalam kasus teror bom Bandara Juanda yang terjadi pada Rabu 25 Mei lalu, TNI AL mengaku belum melibatkan Kepolisian. Saat ini masih bisa ditangani TNI AL

”Pelaku masih kita kejar, yang penting kondisi bandara Juanda sekarang sudah kondusif,” ungkap Supranyoto.

Seperti diketahui, Bandara Juanda gempar setelah menerima dua kali ancaman bom pada Rabu pagi dan siang hari. Ancaman pertama diterima Angkasa Pura I Bandara Juanda sekira pukul 08.00 WIB. Ancaman kedua diterima Garuda Indonesia sekira pukul 11.30 WIB.

Tim dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL menyisir Gate 8 Bandara yang digunakan sebagai terminal keberangkatan penumpang Garuda Indonesia.

Dari tempat ini, petugas menemukan bungkusan mencurigakan. Tidak satu pun penumpang yang mengaku memiliki benda yang ditemukan itu.Belakangan diketahui benda tersebut adalah powergel yang bisa meledak.

5.01.2011

MV Sinar Kudus Bebas dari Perompak Somalia


Kapal MV sinar kudus dinyatakan oleh pihak perusahaan samudra indonesia telah bergerak meninggalkan perairan Somalia menuju ke pelabuhan terdekat yang aman dengan pengawalan kapal perang TNI AL.
Keseluruh 20 awak kapal yang berrkewanegaraan Indonesia ini dilaporkan berada dalam keadaan selamat dan sehat. Kendali telah sepenuhnya kembali berada pada awak kapal. Berita ini juga sudah diketahui oleh pihak keluarga setiap awak Kapal Sinar Kudus.

Bebasnya kapal beserta awaknya, setelah 46 hari dibajak, merupakan hasil dari upaya komunikasi intensif yang dilakukan pihak perusahaan dengan pihak perompak untuk mencapai pembebasan kapal dan keseluruh awaknya dengan aman dan selamat.

Kapal Sinar Kudus dibajak perompak Somalia sejak 16 Maret 2011 lalu. Kapal dengan bobot mati 8911 ton ini berada di posisi sekitar 350 mil laut tenggara Oman dan sedang dalam perjalanan dari Pomalaa, Sulawesi Tenggara menuju Rotterdam, Belanda, dengan membawa muatan fero nikel, ketika dibajak. Kapal yang dibuat tahun 1998 ini dimiliki samudera Indonesia dan berbendera Indonesia.

Sejak awal pembajakan MV Sinar Kudus, pemerintah dengan seluruh perangkatnya juga mendukung sampai pada proses pembebasan.Koordinasi yang baik dan efektif dengan pihak pemerintah memegang peranan penting dalam proses tercapainya penyelesaian kasus pembajakan kapal ini
Dalam melakukan proses pembebasan ini,banyak hal dimana pihak perusahan dan pemerintah tidak dapat menyampaikannya secara terbuka kepada publik dan media.

Tujuannya untuk menjaga keselamatan jiwa awak kapal dalam upaya pembebasannya serta juga berempati kepada kapal-kapal lain yang masih dalam penyanderaan perompak Somalia. Di sebagian kapal asing itu juga terdapat awak kapal warga negara indonesia.

foto2 ini dari berbagai sumber:

KRI Fatahilah (361) TNI-AL

KRI Fatahilah


KRI Fatahilah (361) merupakan kapal pertama dari kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali kelas Fatahillah milik TNI AL.

Dinamai KRI Fatahilah sebagai penghargaan kepada Fatahilah salah seorang Pahlawan Nasional yang berjasa merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis dan menamainya Jayakarta. Tanggal kemenangan tersebut saat ini menjadi tanggal lahir kota Jakarta.

KRI Fatahilah

KRI Fatahillah merupakan sebuah fregat yang dibuat oleh galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda pada tahun 1979 khusus untuk TNI-AL. Bertugas sebagai armada pemukul dengan kemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam dan anti pesawat udara.

Selain KRI Fatahilah, termasuk dalam kelas Fatahillah antara lain KRI Malahayati (362), dan KRI Nala (363).

KRI Fatahilah memiliki berat 1,45 ton dan berdimensi 83,85 meter x 11,10 meter x 3,30 meter. Dua mesin diesel jelajah bertenaga 8.000 bhp dengan kecepatan jelajah 21 knot dan 1 boost gas turbine dengan 22.360 shp yang sanggup mendorong hingga kecepatan 30 knot melengkapi kapal berawak maksimal 82 pelaut ini.



Kapal Perang TNI-AL

Persenjataan KRI Fatahilah

KRI Fatahilah dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan modern untuk mengawal wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk diantaranya adalah :

1. 4 peluru kendali permukaan-ke-permukaan Aerospatiale MM-38 Exocet dengan jangkauan maksimum 42 Km, berkecepatan 0,9 mach, berpemandu active radar homing dengan hulu ledak seberat 165 Kg.
2. 1 meriam Bofors 120/62 berkaliber 120mm (4.7 inchi) dengan kecepatan tembakan 80 rpm, jangkauan 18.5 Km dengan sistem pemandu tembkan Signaal WM28.
3. 2 kanon Penangkis Serangan Udara Rheinmetall kaliber 20mm dengan kecepatan tembakan 1000 rpm, jangkauan 2 KM untuk target udara.
4. 12 torpedo Honeywell Mk. 46, berpeluncur tabung Mk. 32 (324mm, 3 tabung) dengan jangkauan 11 Km kecepatan 40 knot dan hulu ledak 44 kg. Berkemampuan anti kapal selam dan kapal permukaan.
5. Mortir anti kapal selam Bofors 375mm laras ganda.

Sensor dan elektronis
KRI Fatahilah diperlengkapi radar Racal Decca AC 1229 untuk surface search dan Signaal DA 05 untuk air and surface search. Serta pemandu tembakan Signaal WM 28. Sistem sonarnya menngunakan Signaal PHS 32 (Hull Mounted). Sistem pengecoh menggunakan 2 Knebworth Corvus 8-tubed launchers dan 1 T-Mk 6 torpedo decoy.

Operasi
Bersama KRI Cut Nyak Dien, KRI Karel Satsuit Tubun, KRI Sultan Thaha Syaifuddin, KRI Teuku Umar, KRI Silas Papare dan KRI Badik, KRI Fatahillah melakukan operasi Sekat 01/2004 yang merupakan operasi pengamanan selat Malaka. Operasi ini dimaksudkan mengamankan Selat Malaka dari penyelundupan senjata dan perompakan.

Tanggal 8 sampai 2 Mei 2004 KRI Fatahillah mengikuti Latihan Operasi Laut Gabungan (Latopslagab) XV/04 di Samudera Hindia, sebelah selatan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dengan area latihan meliputi Laut Jawa dan Selat Sunda. Dalam Latihan ini KRI Fatahillah menembakkan sebuah peluru kendali MM-38 Exocet ke eks KRI Rakata, sebuah kapal tunda samudera buatan 1942 hingga tenggelam.

Pada tanggal 15-28 Agustus 2002 dalam latihan Dalla-2002, KRI Fatahillah menembakkan rudal MM-38 Exocet yang seharusnya sudh kadaluarsa, namun berhasil diretrofit oleh teknisi TNI-AL.

KRI Fatahilah terlibat dalam latihan gabungan TNI AL-US Navy, CARAT-8/02 yang diadakan pada 27 Mei - 3 Juni 2002. CARAT (Coorperation Afloat Readiness and Training) adalah bantuan latihan militer Amerika terhadap militer negara sahabat di Asia Tenggara. Latihan CARAT ini berlangsung di perairan Laut Jawa, selat Bali dan Situbondo.

KRI Fatahilah ini juga ikut mencari puing-puing pesawat Adam Air Penerbangan 574 yang hilang pada 1 Januari 2007.